Oleh:
Nurjannah Tamil, M.Pd
(Calon
Duta Rumah Belajar Provinsi Sulawesi Tenggara 2018)
Sebuah Learning Management Sistem (LMS) dikembangkan
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Pusat Teknologi Informasi
dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) yang dinamai “Kelas Maya”. Kelas Maya
merupakan salah satu fitur dari delapan fitur utama dalam “Rumah Belajar” (kunjungi:
https://belajar.kemdikbud.go.id). Rumah Belajar sebagai portal pendidikan yang tidak
berbayar diperuntukkan bagi guru, siswa dan masyarakat oleh Pemerintah. Portal
pendidikan ini dapat memfasilitasi terjadinya pembelajaran virtual antara siswa
dan guru, kapan saja dan dimana saja melalui fitur kelas maya.
Para ahli telah
mengemukakan berbagai macam teori terkait model pembelajaran guna mencapai
tujuan pembelajaran dan meningkatkan hasil dan motivasi belajar siswa. Pemilihan
model pembelajaran tidak terlepas dari beberapa faktor yakni: (1) Materi Ajar;
(2) Karakteristik Siswa; (3) Sarana dan Prasarana Sekolah; dan (4) Media
Pembelajaran. Dari keempat faktor tersebut, model discovery learning dipilih sebagai model pembelajaran yang diterapkan
dengan memanfaatkan kelas maya. Model discovery
learning merupakan salah satu model instruksional kognitif yang sangat
berpengaruh dari Bruner. Bruner (1996) menganggap bahwa belajar penemuan sesuai
dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya
memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan
masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang
benar-benar bermakna.
Menurut
Syah (2004) dalam mengaplikasikan model discovery
learning
di kelas, ada beberapa prosedur yang secara umum harus dilaksanakan dalam
kegiatan belajar mengajar yakni: (1) Stimulation
(Stimulasi/Pemberian Rangsangan);
(2) Problem
Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah); (3) Data
Collection (Pengumpulan Data); (4) Data
Processing (Pengolahan Data); (5) Verification
(Pembuktian); dan (6) Generalization
(Menarik Kesimpulan/Generalisasi). Keenam
fase dalam model discovery learning tersebut dapat memanfaatkan fitur kelas maya sebagai
media pembelajaran.
Pemanfatan kelas maya sebagai media pembelajaran pada model
discovery learning Secara ringkas dijabarkan sebagai berikut:
1.
Stimulation (Stimulasi/Pemberian
Rangsangan)
Stimulasi
pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu siswa dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini
Bruner memberikan stimulation dengan
menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Selain mengajukan pertanyaan, kegiatan
stimulus berbantukan kelas maya dilakukan dengan kegiatan mengamati sebuah
video yang berkaitan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari. Video yang telah
disiapkan guru dalam kelas maya sebelum pembelajaran tatap muka memberi
pengetahuan ataupun informasi lebih awal bagi siswa yang terdaftar dalam kelas
maya tersebut.
2.
Problem Statement (Pernyataan/
Identifikasi Masalah)
Setelah
dilakukan stimulasi langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengidentifikasi masalah baik
berdasarkan tujuan pembelajaran ataupun berdasarkan pengetahuan awalnya. Kelas
maya dapat diakses sebelum kegiatan pembelajaran tatap muka berlangsung. Hal ini
memberi waktu kepada siswa untuk mengidentifikasi pertanyaan/masalah dari
materi yang telah disediakan di kelas maya. Proses tersebut menghasilkan pernyatan
atau identifikasi masalah yang diajukan siswa memiliki kualitas yang baik dan
menunjukkan tingkat berpikir kritis siswa.
3.
Data Collection (Pengumpulan Data)
Ketika
eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004). Materi dikelas maya berupa video, literatur online
ataupun referensi lainnya yang telah disiapkan guru memiliki relevansi yang
tinggi dibandingkan siswa melakukan pencarian sendiri. Kelas Maya juga memberi
kondisi yang sistematis dan terarah kepada siswa dalam melakukan pengumpulan
data. Pada akhirnya proses pengumpulan data dengan berbantukan kelas maya
menjadi lebih bermakna.
4.
Data Processing (Pengolahan Data)
Menurut
Syah (2004) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang
telah diperoleh para siswa baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya,
lalu ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan
sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila
perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan
tertentu. Pengolahan data pada kelas maya
dilakukan pada menu tugas. Siswa mengolah tugas yang tersedia dikelas maya
berdasarkan informasi ataupun data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Data yang
telah diolah siswa di upload dalam akun masing-masing untuk diterima guru.
5.
Verification (Pembuktian)
Verification
menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu
konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam
kehidupannya. Pada
fase ini, pembelajaran dengan memanfaatkan kelas maya guru memeriksa setiap
tugas yang dikirim siswa untuk mengecek kebenaran hasil pengolahan data yang
dilakukan. Selain itu, guru dapat meminta kepada siswa untuk bersama membahas
tugas yang telah dikirim dengan memanfaatkan papan tulis kelas untuk membuktikan
kebenaran tugasnya.
6.
Generalization (Menarik Kesimpulan/ Generalisasi)
Fase generalisasi/menarik
kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004).
Penarikan kesimpulan yang dilakukan oleh siswa tidak terlepas dari materi atau
informasi yang diperoleh siswa di kelas maya.
Materi, referensi yang relevan serta sistematis memberi sumbangsih
kepada pemahaman siswa. Pada akhirnya kelas
maya membantu siswa menarik kesimpulan dengan tepat sehingga tujuan
pembelajaran dapat tercapai.
Selain enam fase model discovery learning, pembelajaran dengan berbantukan kelas maya sebagai
media pembelajaran memberi kemudahan
dalam evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien
karena berbasis online. Menu kuis online ataupun ujian online memudahkan guru
dalam melakukan penilaian serta meminimalisir tingkat kecurangan siswa. Keberhasilan
pembelajaran pun dapat terukur dengan cermat. Oleh karena itu, pemanfaatan
kelas maya sebagai media pembelajaran dengan model discovery learning dapat dilakukan sesuai karakteristik pemilihan model pembelajaran.
*Salah
satu contoh pemanfaatan kelas maya sebagai media pembelajaran dalam penerapan
model discovery learning dapat
ditonton pada video ini: https://www.youtube.com/watch?v=AUkh1v7lWDI&t=17s.
Syah,
M. 2004. Psikologi Pendidikan Suatu
Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Comments
Post a Comment