Rara dan Laba-Laba

 Image: from google

Hari ini Rara libur, Ia tidak ke sekolah. Ayah  juga tidak masuk kantor.  Sejak semalam mereka merencanakan untuk membuat kebun tanaman obat keluarga (toga) di belakang rumah. Rara  dan ayah jarang bermain bersama, tetapi ketika libur mereka melakukan  kegiatan bersama-sama. 

Bagi ayah berlibur bukan untuk tiduran ataupun bermalas-malasan. Ia mengajarkan itu pada keluarga. Rara pun sudah terbiasa tidak tidur lagi setelah sholat subuh. Sejak kecil Ia mulai ikut-ikutan bangun sholat subuh. Ibu kadang merasa kasihan ketika udara dingin dan Rara terbangun untuk sholat. Namun, sekarang ibu bersyukur, Rara tumbuh dengan baik. Ibu tidak perlu menyuruh ataupun membangunkannya untuk urusan sholat. Rara selalu mencontoh kegiatan ibu.

Sudah pukul 06.30 WITA, Ayah masih duduk ditemani secangkir kopi dengan sedikit gula dan kue lapis buatan ibu. Layar telepon pintar ditangan menjadi temannya pagi ini. Rara jadi gelisah. Ia mondar-mandir ke teras rumah tempat ayah menikmati minuman favoritnya. Lalu, kembali ke dapur memperhatikan Ibu yang tengah menata piring yang telah dicucinya semalam.

“Yah, kapan mulai buat kebunnya?” tanya Rara sambil mendekati ayah. 

“Sekarang, Sayang. Ayo ke gudang.” Ayah berdiri dan memengang tangan kecil Rara.

Ayah dan Rara ke gudang mengambil peralatan untuk membuat kebun di belakang rumah. Ketika membuka gudang, banyak jaring-jaring putih yang menghalangi padangan mereka. Sudah lama mereka tidak ke gudang.

“Yah, ini apa?” Rara menunjuk ke jaring-jaring yang bergantungan di gudang.

“Ini namanya jaring. Jaring buatan laba-laba,” sahut ayah seadanya.

“Yah, ceritakan Rara tentang laba-laba,” pinta Rara. Ia memegang tangan Ayahnya. Kali ini Rara ingin ayah yang bercerita tentang laba-laba.

“Loh, berkebunnya gimana?” tanya Ayah. 

“Berkebunnya setelah Ayah bercerita atau sebentar sore juga bisa, kan ada Rara yang bantu Ayah,” bujuk Rara pada ayah.

“Baiklah. Ayo ke sana. Ayah akan bercerita.” Ayah menunjuk ke kursi kayu di samping pohon Mangga. Kursi  tempat Rara dan Ibu biasa bercengkrama.

Ayah dan ibu sepakat untuk menjadi guru pertama bagi anak-anak mereka. Sebagai orang tua yang sangat menyadari pentingnya pendidikan, mereka berusaha menciptakan keluarga sebagai madrasah pertama buat sang buah hati. Mendampingi anak-anak di masa usia keemasannya adalah salah satu komitmen yang dipegang Ayah dan Ibu Rara.

Rara sudah bersiap untuk mendengar cerita ayah. Ia menjadi anak yang tenang ketika akan mendengar cerita. 

“Rara tahu hewan apa itu laba-laba?’ tanya Ayah

“Tidak!” seru Rara dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu.

Ayah mengeluarkan gawai yang di letakkan di kantung celananya. Ia mulai menulis laba-laba di mesin pencari ‘Google’. Rara tidak mau ketinggalan ia mendekati ayah untuk ikut melihatnya.

“Ini namanya laba-laba,” kata Ayah sambil menunjuk ke hasil penelususan yang ia temukan.

“Kalau ini Rara tahu. Waktu TK Rara dikenalkan ini sama Bu guru. Tapi di gambarnya nggak ada jaring-jaring seperti tadi. Rara kira berbeda.” Rara mencoba meyakinkan Ayah.

Ayah pun mulai bercerita,  sesekali dilihatnya gawai yang masih dalam gengamannya.

“Laba-laba memiliki nama latin ‘Araneae’ seperti Rara yang miliki nama lengkap Zahira Nur Aina dan dipanggil Rara” 

“Laba-laba, Araneaeee.” Rara mengulang ucapan Ayah.

“Laba-laba atau Araneae adalah sejenis hewan berbuku-buku dua segmen tubuh, empat pasang kaki, tak bersayap dan tidak memiliki mulut pengunyah,” Ayah menjelaskan sambil menunjukkan setiap bagian di gawainya.

“Laba-laba memakan serangga. Tidak semua laba-laba membuat jaring untuk menangkap mangsa, akan tetapi semuanya mampu menghasilkan helaian serat protein yang tipis  namun kuat dari kelenjar (disebut spinneret) yang terletak di belakang tubuh dan dikeluarkan dari air ludahnya seperti yang tadi Rara lihat di gudang. Serat ini digunakan  untuk membantu laba-laba dalam bergerak, berayun dari satu tempat ke tempat lainnya, menjerat mangsa, membuat kantung telur dan melindungi sarang.”

“Rara bisa belajar dari laba-laba,” kata Ayah kembali. Kali ini ayah menyimpan gawainya di kursi.

“Belajar apa, Yah?” tanya Rara setelah ia berdiam mendengar  penjelasan ayah.
“Laba-laba adalah pekerja yang giat, ketika Rara merusak jaring-jaring yang telah di buat si laba-laba maka ia akan kembali membuat jaring baru. Ia tidak menyerah membuat jaring. Rara bisa belajar dari laba-laba dengan giat belajar, jangan mudah menyerah ketika soal matematika susah. Apalagi belajarnya selalu ditemani ibu,” ujar Ayah dan dibelainya anak yang telah lama dinantikannya ini.

Ayah dan Rara terdiam sejenak menikmati angin sepoi-sepoi berhembus. Udara pagi di belakang rumah sungguh menyegarkan. Pohon mangga, pohon pisang dan pohon pepaya tersusun rapi menambah kesan asri pada rumah yang berada di pinggiran kota.

“Laba-laba salah satu hewan yang diabadikan dalam  Alquran, surah Al-Ankabut.  Selain itu,  laba-laba juga diabadikan dalam Sirah Nabi Muhammad saw. Rara mau dengar kisahnya?” tanya Ayah memecah keheningan Rara.

Rara hanya mengangguk memberi tanda ia siap mendengarkan cerita itu.

“Kisah  laba-laba ini berawal dari perintah Allah Swt untuk menyelamatkan Nabi Muhammad saw. Orang-orang Quraisy mengejar dan hendak membunuh Nabi ketika  Nabi berhijrah dari Mekah ke Madinah. Nabi Muhammad saw. diperintahkan bersembunyi di Bukit Tsur. Saat nabi telah berada dalam gua, Allah Swt memerintahkan laba-laba untuk membuat sarang dimulut gua. Ketika orang-orang Quraisy datang mencari Nabi, mereka tidak melihat keberadaan Nabi di dalam gua karena terhalang oleh jaring laba-laba. Mereka melihat sarang laba-laba di mulut gua. Mereka pun berpikir tidak mungkin Nabi melewatinya. Jika Nabi melewatinya maka sarang laba-laba tentu sudah rusak.  Akhirnya, Nabi pun selamat setelah beberapa hari bermalam di gua itu. Kisah ini juga di abadikan dalam surat At-Taubah ayat ke-40.”

“Apa arti surat At-Taubah ayat ke-40, Yah?” tanya Rara. Ia terkagum-kagum dengan mendengar kisah laba-laba.

Ayah pun mengambil gawainya dan kembali membuka aplikasi Alquran. Ia lalu membacakannya.

“Jika kamu tidak menolong (Muhammad), sesungguhnya Allah telah menolongnya  (yaitu) ketika orang-orang kafir mengusirnya (dari Mekah), sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, ketika itu dia berkata kepada sahabatnya, ‘jangan engkau bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita’. Maka Allah menurunkan ketenangan kepadanya (Muhammad) dan membantu dengan bala tentara  (malaikat-malaikat) yang tidak terlihat olehmu, dan Dia menjadikan seruan orang-orang kafir itu rendah. Dan firman Allah itulah yang Maha perkasa, Maha bijaksana,” ucap Ayah.

“Wah, Laba-Laba, eh, Araneae jadi hewan yang hebat dong, Yah. Ia membantu Nabi Muhammad saw,” kata Rara. “Kalau  sahabat Nabi ketika dalam  gua Tsur?” cecar Rara pada  Ayah.

“Abu Bakar As-shiddiq,” jawab Ayah dengan mantap. “Rara tidak perlu menjadi laba-laba untuk membantu Nabi, cukup jadi anak Shalehah Ayah dan Ibu, Rara juga nggak perlu cemburu dengan laba-laba karena di dalam Alquran juga disebutkan tentang hamba-hamba Allah yang bertakwa termasuk Rara,” kata Ayah. “ Ayoo… sudah sudah saatnya membuat kebun, matahari sudah mulai terik.”

Ayah dan Rara pun berdiri sambil berpegangan tangan menuju menuju lahan kebun toga yang akan di buatnya.
Ditunggu krisannya😍

Comments