Kendari, 29 Agustus
2017
Rumah Sakit
Bahteramas Kamar Mawar 05. Suhu 270C.
Hari ini mama genap 25 hari dirumah sakit, tepatnya jumat
berkah 04 Agustus 2017 menjadi penghuni kamar Mawar 05. Sejak bulan Januari
2017 rumah sakit menjadi tempat kunjungan paling update. Alhamdulillah saat tulisan
ini dibuat kondisi tubuh mama membaik dengan suhu 370C dan tensi
120/70. Agustus bulan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia tapi menjadi bulan
dengan frekuensi inap terlama mama di rumah sakit selama kurang lebih tujuh
bulan bolak balik rumah sakit dari rawat jalan hingga rawat inap.
Hasil pemeriksaan laboratorium pagi hari, jumat 4 Agustus
2017 mama dalam kondisi lemah yang diungkapkan oleh dokter Muchammad Saipul,
Sp.B(K)Onk (dokter kesayangan para pasiennya,
jujur, tegas, humoris dan bersimpatik. Semoga beliau diberi nikmat kesehatan,
keluarga dan rezeki yang berkah, aamiin). Kondisi mama memburuk karena
kesulitan makan akibat pembengkakan pada gusi. Tubuh yang telah menjalani tujuh
kali kemoterapi semakin tak berdaya. Solusinya kembali menginap disini, rumah
sakit.
Hari demi hari kondisi mama semakin melemah, makanan
sulit masuk. Sun makanan untuk bayi alternatif yang dipilih selain multivitamin
cerenovit dan obatan lain yang tak kami mengerti. Dengan Makan bubur sun mama tak
harus mengunyah lagi tapi langsung menelan untuk menghindari nyeri pada gusi
yang membengkak. Namun, kondisi ini tidak memberi efek terhadap kesehatannya. Harus
kuat makan untuk bisa dilakukan tindakan selanjutnya begitu kata dokter. Hasil
Laboratorium kembali keluar dan Hemoglobin mama hanya bernilai 7 entahlah kami
tak mengerti soal itu dokter hanya menyampaikan itu dan tranfusi darah harus
dilakukan.
Segala proses diselesaikan pengecekkan darah A di bank
darah dilakukan beruntung ketika cek darah stok darah tersedia dan kebetulan sisa
2 kantong. Pukul 22:37 wita tanggal 9 Agustus transfusi darah dilakukan untuk
kantong pertama. Kata perawat yang melakukan tindakan tranfusi kalau darah yang
ditransfusikan masih darah segar, ya tanggal 8 Agustus begitu seingat saya yang
terlabel di luar kantong darah. Siapapun pemilik darah ini terima kasih banyak
biarlah Allah SWT yang membalas kebaikan anda dan semoga anda dan keluarga
dalam keadaan sehat wal afiat, Aamiin. Saat transfusi darah dilakukan kami menutup
mata mama dengan sapu tangan karena sepertinya ia begitu phobia. Tanggal 10
agustus pukul 09:46 kantong kedua di transfusikan. Alhamdulillah transfusi
lancar dan ini kali pertamanya transfusi di lakukan pada mama.
Jumat, 11 agustus. Pukul 18:30 kabar duka menghampiri
kami. Nenek kami yang selama ini puluhan tahun bersama kami dirumah dan dalam
perawatan karena usianya telah lanjut telah berpulang saat itu dirumah hanya
ada kakak tertua kami, ia menyadari sakaratul maut menjemput nenek kami karena
saat itu setelah shalat magrib kakak mengurus kebutuhan nenek. Beritapun
disebar kepada pihak keluarga terutama keluarga yang berada di kampung halaman
nenek, Uepai. Nenek akan diantar malam itu juga ke Uepai tapi tak ada diantara
kami yang berani memberikan kabar duka itu pada mama. Mama anak semata wayang,
saat mama masih sehat ia semua yang mengurus perawatan nenek kami hanya
melakukan sebagian kecil hingga ia menjalani perawatannya juga. Syukurlah om
Anwar Bey dan istri berkunjung kerumah sakit, moment ini untuk membantu
menerjemahkan keadaan yang terjadi dan belum sempat sampai pada inti
pembicaraan mama sudah mengetahui apa yang terjadi kata mama “ia saya sudah
tahu apa maksudnya, saya sudah ikhlas” dengan air mata yang mengalir dengan
sendirinya begitu yang diceritakan om pada saya ketika tiba diuepai karena saat
itu saya tengah berarda di uepai.
Persiapan kebutuhan pemakaman mulai di kerjakan oleh
pihak keluarga karena kami berbeda keyakinan. Kami lahir dan tumbuh sebagai
muslim kami tak paham apa yang dibutuhkan dalam keyakinan mereka beruntung ia
memiliki banyak keluarga yang beragama sama, Kristen Protestan. Terima Kasih
kepada seluruh keluarga terutama keluarga yang berada di Uepai, keluarga yang
berada di kendari, keluarga yang berada di gorontalo, keluarga yang berada di
kalimatan dan keluarga yang berada di raha. Nenek tercatat meninggal hari
jumat, tanggal 11 Agustus di usianya yang ke-87 tahun. Tak ada yang tahu yang
pasti benarkah nenek RITA KARA terlahir di tanggal 13 Maret 1930? Atau hanya
dugaan yang dipatenkan dalam kartu penduduk.
Sabtu, 12 Agustus. Nenek dimakamkan sesuai dengan
keyakinannya di Uepai ditanah yang telah dipersiapkan mama ketika sehat. Beberapa
kelengkapan nenek mama telah disiapkan
ketika ia sehat dan disimpan mama. Video call dilakukan demi menemukan barang
yang telah mama siapkan sayangnya barang-barang yang telah mama siapkan tidak
semua dapat digunakan nenek. Pemakaman hari itu sangat menyedihkan karena mama
masih terbaring lemah dirumah sakit dan sampai tulisan ini dibuat beliau belum
melihat kuburan dari nenek. Segala prosesi dilakukan dengan sangat baik oleh
pihak keluarga hingga malam ke tujuh berakhir dengan lancar karena perhatian
dari pihak keluarga, terima kasih.
Minggu 13 Agutus. Mama mau belajar makan biar cepat
dioperasi dan cepat sembuh begitu katanya. Sinonggi kemudian menjadi alternatif
pilihan selanjutnya yang menunjukkan kabar baik terhadap kemampuan makan
beliau. Beruntung kamar mawar yang sejatinya di huni dua pasien hanya kami yang
huni saat itu. Sagu pun dieksekusi menjadi sinonggi ditambah ikan palumaranya
dan jeruk purut jadi menu utamanya benar-benar mengundang selera terutama
penjaga. Hehe.
Hari-hari selanjutnya keluarga yang berkunjung semakin
ramai mereka mendoakan, memotivasi, memberi dukungan dan memberi bantuan fisik
dan non fisik kepada kami. Terima kasih untuk itu.
Rabu, 16 Agustus. Salah satu tetangga dekat kami
berkunjung dan memberikan pijat sebut saja pijat refleksi. Biar bengkak gusinya
kalau lancar aliran darahnya mama bisa makan begitu katanya. Alhamdulillah,
level makan mama dinaikkan ketupat iris dengan coto bagian hati diiris-iris
tipis. Nafsu makan mulai oke. Esok harinya, kamis 17 agustus tetanggaku yang
baik hati itu datang lagi melakukan pijat refleksi. Alhamdmulillah hingga
tulisan ini dibuat pola makan mama membaik kali ini ketupat, burasa tak perlu
di iris-iris lagi dan mama sudah mulai memakan nasi. Terima kasih untuk itu.
Tubuh mulai membaik tetapi setiap hari mama harus
dikompres karena beberapa waktu tertentu suhu tubunya naik menjadi 39oC.
Kadang tengah malam, kadang subuh, kadang siang, kadang sore, kadang malam tak
ada yang pasti. Impus kadang harus berpindah-pindah tangan kadang tangan kiri
kadang tangan kanan karena membengkak. Mama paling menjaga impusnya agar tidak
macet, menjaga tangganya agar tak
bengkak karena tak ingin pindah-pindah ditusuk jarum suntik yang kadang ditusuk
berulang kali bahkan beberapa waktu lalu impus dibuka beberapa sebagai
penenangan.
Rabu, 23 Agustus. Dokter menyampaikan akan melakukan
operasi esok hari dan menanyakan kesiapan mama. Mama setujui, malam harinya di
lakukan rotgen dan cek jantung. Untuk mengetahui kondisi dalam tubuh yang
terbaru. Dan di tengah malam ini mama demam lagi.
Kamis, 24 Agustus. Pukul 08:00 wita Mama masuk keruang
operasi untuk persiapan dan pemantauan kondisi tubuh mama. Pukul 12:41 wita
menjalani operasi ke-2 kali untuk penyakit yang sama sebelumnya mama pernah 2
kali masuk keruang operasi pada sakit yang berbeda. Pukul 16:36 wita mama sudah
dikamar dan dalam keadaan sadar. Operasi kali ini sangat menengankan bagi kami
karena mengingat kondisi mama yang masih lemah dan usianya yang bulan depan
genap 60 Tahun. Rasa ini hanya kami yang tahu dan mereka yang pernah berada
diposisi kami. Saya bahkan harus bolak balik kamar mandi sejak pagi.
Hari-hari selanjutnya mama semakin membaik makannya,
tubuhnya mulai kembali bercahaya, tawanya mulai sumringah, ia mulai
mengomentari yang ini dan yang itu pertanda mulai stabil, walau demamnya masih
sering menghampiri. Ada percakapan mama dengan perawat yang membuat kami
tertawa. Kata mama disini bagus dia tidak sendiri (karena kami bergantian
menginap dirumah sakit dan mama tidak pernah di tinggal sendiri karena yang
tinggal dirumah sakit minimal dua orang) kalau dirumah sepi kalau sudah pagi
semua berlumba keluar rumah pulang nanti sore langsung masuk kamar keluar kamar
nanti mau memasak malam. Saya pun nyelutuk mama ada niat terselubung ini,
sembuh nanti kita naik tinggal di uepai. Mama hanya tertawa.
Dua puluh lima hari mengajarkan banyak kepada kami. Sebagai
anak kenyataan bahwa satu mama mampu merawat 10 anak tapi 6 anak belum tentu
sanggup merawat satu mama. Maafkan kami ma, belum bisa membahagiakanmu dengan
target kebahagian standar kami. Semoga segala target itu tercapai. Disini mempertemukan
kita dengan keluarga baru mereka yang tak berada dalam silsilah keluarga tetapi
perhatianya setara dengan keluarga. Disini mengajarkan kita arti nikmat kesehatan.
Disini menguji seberapa besar kebaktian kita. Disini ada airmata yang mengobati
kerasnya hati kita. Disini ada doa yang mengalir yang mendekatkan dirimu pada
taqwa. Disini ada cinta, cinta yang tak dapat dijelaskan. Disini ada plus
minus.
In sya Allah besok pulang. Semoga mama kembali kesini
untuk mengucapkan terima kasih kepada para perawat yang baik hati dan tidak
kembali untuk terbaring lemah. Selama dua puluh lima hari disini kami memiliki
2 kenalan baru yang telah pulang lebih awal.
Comments
Post a Comment