GURU adalah Kehormatan

Oleh: Nurjannah Tamil


Sesuatu menarik perhatianku saat menonton video yang sedang viral hari ini. Pertanyaan yang mengusik pikirku. Beginikah cara bercanda guru dan siswa?.


Sebagai guru memberi teladan yang baik adalah hal yang mutlak kendatipun guru sesekali khilaf tapi ia akan tetap berusaha memberikan contoh yang baik. Guru tak boleh membuat dirinya kehilangan kehormatannya dengan menjadi candaan dan bully-an para siswa. Guru harus memberi inspirasi untuk mengajarkan cara bagaimana bermanfaat. Guru harus mampu menjadi tempat kemana siswa dapat menemukan jawaban dari pertanyaannya. Guru adalah sosok yang kehadirannya dinanti dan ketidakadaannya dicari. Hal ini sulit bukan hanya bagi guru baru bahkan juga dirasakan oleh guru lama. Menjadi Guru sesungguhnya berarti siap belajar sepanjang masa guna memanusiakan manusia. Saat memilih menjadi guru maka tetaplah jadi guru dengan niat yang mulia itu.
Saat ini para guru membuka diri sebagai sebagai orang tua, kadang sebagai teman kadang sebagai kakak tetapi disinilah siswa mulai sering kebablasan.
Apakah menjadi guru yang fleksibel adalah hal yang buruk?, tentu tidak.
Banyak guru yang yang fleksibel yang kadang jadi orang tua ataupun jadi teman berhasil menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Siswa menjadi bersemangat belajar jika guru tersebut yang mengajar. Alhasil, beberapa siswa mengalami peningkatan hasil belajar. Walaupun beberapa siswa juga tidak mengalami peningkatan hasil belajar tetapi mereka masih tetap duduk manis menikmati pelajaran di dalam kelas.
Karakter siswa dibentuk mulai dari rumah. Rumah adalah madrash pertama bagi siswa. siswa terbiasa dengan hasil pancaindaranya akan membentuk karakter dirinya. Namun, bukan berarti sekolah dan lingkungan tidak memberi andil. Generasi milenial saat ini tak seperti zaman kita menjadi siswa. Tata krama kepada guru adalah mutlak dimiliki siswa saat itu. Sebandel-bandelnya siswa tetap takut jika melakukan kesalahan dan kesalahan yang dilakukan tak berkaitan dengan penganiyayaan terhadap guru. Jikapun terjadi tidak semarak penganiyayaan saat ini.
Sebagai siswa bukankah mereka harus menempatkan diri bagaimana cara berperilaku kepada guru. Mereka harus nyaman dan merasa aman berada didekat gurunya sehingga tranfser ilmu dan pendampingan lebih mudah. Tentu ini adalah tantangan bagi kita semua para guru. Anak-anak yang terbentuk dari rumah yang ‘bermasalah” menghasilkan siswa yang seringkali bermasalah. Siswa jenis ini sering menegangkan urat syaraf ataupun mengusik perhatian para guru. Setiap sekolah punya siswa jenis ini dan beberapa jenis siswa lagi yang dalam kategori penanganan khusus itulah mengapa di sekolah ada guru Bimbingan Konseling.
Namun, apapun kondisi siswa menjadi guru adalah sebuah kehormatan yang tak boleh dirusak oleh guru itu sendiri ataupun siswa. Tanpa guru takkan lahir para pemimpin, para dokter, para teknisi dan para ahli lainnya.



Comments