Pendidikan Guru Penggerak: Jurnal Refleksi Minggu ke-8_ Budaya Positif_Model 4C (Connection, Challenge, Concept, Change)

 



1. Connection

Materi budaya positif sangat berperan untuk mendukung peran saya sebagai calon guru penggerak. Budaya positif mendorong saya menuntun murid menemukan motivasi ke-3 yakni nilai diri tidak hanya karena hukuman ataupun penghargaan.

Materi budaya positif mengingatkan bahwa kontrol terbaik seorang guru adalah manajer. Tidak hanya itu, perilaku murid yang melanggar keyakinan kelas adalah pertanda tidak terpenuhinya kebutuhan dasar murid. Materi budaya positif juga mengajarkan arti keyakinan kelas dan bagaimana memberika restitusi positif.

Materi budaya positif ini juga sejalan dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, dan visi saya sebagai guru penggerak ke depannya.

2. Challenge

Selama ini, implementasi budaya positif sudah dijalankan di sekolah. Namun, tidak sedetail pemahaman budaya positif yang diterima selama pendidikan. Misalnya dalam pembiasaan disiplin positif. Motivasi murid dalam pembiasaan positif sebaiknya adalah karena motivasi ke-3 atau menghargai diri dan nilai yang dipercayai. Bukan karena motivasi ke-1, hukuman ataupun ke-2, penghargaan. Selain itu, keyakinan kelas masih berupa peraturan kelas. 

3. Concept

Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. 

Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat.

Budaya positif di sekolah dapat di mulai dengan pembiasaan disiplin positif yang melahirkan motivasi ke-3, menghargai diri sendiri dan nilai-nilai yang mereka percayai, memenuhi lima kebutuhan dasar murid, menempatkan diri seorang guru sebagai manajer, dan memberikan restitusi positif pada atas pelanggaran keyakinan kelas.

4. Change

Pascapembelajaran terjadi perubahan paradigma pada diri saya. Dimana perlu adanya keyakinan kelas yang dijalankan dengan serius sebagai pegangan guru dan murid. Dulu, saya mengira posisi kontrol sebagai teman sangat baik untuk murid, ternyata juga memiliki dampak negatif. Adapun posisi kontrol terbaik adalah sebagai manajer. Saya lebih harus memperhatikan 5 kebutuhan dasar murid saya sebagai manusia. Sehingga dapat dengan mudah menuntun mereka mencapai motivasi ketiga yaitu nilai diri mereka. Selain itu, Restitusi diberikan untuk mengajarkan murid mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain. Kemudian saya berencana untuk segera mensosialisasikan materi budaya positif pada rekan sejawat dan para siswa.



Comments