Pendidikan Guru Penggerak: Keyakinan Kelas Kontrol Pelanggaran Murid


Tonton di sini Aksi Nyata Diseminasi Budaya Positif

Salah satu materi dalam modul Budaya positif yang dapat segera diimplementasikan adalah membuat kesepakatan-kesepakatan bersama murid. Kesepakatan-kesepakatan inilah yang kemudian  disebut dengan keyakinan kelas karena membawa nilai-nilai kebajikan di dalamnya.

Mengapa keyakinan kelas bukan peraturan kelas?  Menurut Gossen (1998), suatu keyakinan akan lebih memotivasi seseorang dari dalam, atau memotivasi secara intrinsik. Seseorang akan lebih tergerak dan bersemangat untuk menjalankan keyakinannya, daripada hanya sekedar mengikuti serangkaian peraturan. Murid-murid pun demikian, mereka perlu mendengarkan dan mendalami tentang suatu keyakinan, daripada hanya mendengarkan peraturan-peraturan yang mengatur mereka harus berlaku begini atau begitu.

Pembentukan keyakinan kelas perlu memperhatikan beberapa hal antara lain: (1) Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan, yang lebih rinci dan konkrit, (2) Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal, (3) Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk positif, (4) Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas, (5) Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di lingkungan tersebut, (6) Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat, dan (7) Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke waktu.


Dokumentasi pribadi: mencatat kesepakatan-kesepakatan yang diusulkan murid

Sementara itu,  prosedur pembentukan keyakinan kelas dapat mengikuti tahapan berikut: (1) Mempersilakan murid-murid di kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang perlu disepakati di kelas, (2) Mencatat semua masukan-masukan para murid di papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana semua anggota kelas bisa melihat hasil curah pendapat, (3) Menyusun keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan Keyakinan Kelas’. Gantilah kalimat-kalimat dalam bentuk negatif menjadi positif.  Contoh Kalimat negatif " Jangan berlari di kelas atau koridor." Kalimat positifnya menjadi "Berjalanlah di kelas atau koridor." (4) Meninjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Karena mungkin saja akan didapati bahwa pernyataan yang tertulis di sana masih banyak yang berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya, ajak murid-murid untuk menemukan nilai kebajikan atau keyakinan yang menjadi inti dari peraturan tersebut.  Contoh: Berjalan di kelas, Dengarkan Guru, Datanglah tepat waktu bisa disarikan menjadi 1 Keyakinan, yaitu keyakinan untuk Saling Menghormati atau nilai kebajikan Hormat. Keyakinan inilah yang dijadikan daftar untuk disepakati. Kegiatan ini juga merupakan peralihan dari bentuk peraturan ke keyakinan kelas, (5) Tinjau ulang Keyakinan Kelas secara bersama-sama. Seharusnya setelah beberapa peraturan telah disatukan menjadi beberapa keyakinan maka jumlah butir pernyataan keyakinan akan berkurang. Sebaiknya keyakinan kelas tidak terlalu banyak, bisa berkisar antara 3-7 prinsip/keyakinan. Bilamana terlalu banyak, maka warga kelas akan sulit mengingatnya, (6) Setelah keyakinan kelas selesai dibuat, maka semua warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya dengan menandatangani keyakinan kelas tersebut, termasuk guru dan semua murid, dan (7) Keyakinan Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.


Dokumentasi pribadi: Penyusunan Keyakinan Kelas

Pasca membuat keyakinan kelas maka langkah selanjutnya adalah bagaimana mengimplementasikan keyakinan yang telah dibuat untuk melahirkan disiplin positif yang pada akhirnya menjadikan budaya positif di lingkungan sekolah. Dalam menjalankan peraturan ataupun keyakinan kelas, bilamana ada suatu pelanggaran,  kita perlu meninjau ulang penerapan penegakan peraturan atau keyakinan kelas kita selama ini. Penerapan terhadap suatu pelanggaran bisa dalam bentuk hukuman atau sanksi, atau berupa Restitusi.

Klik untuk menonton cara pemberian restitusi

Pada artikel ini, saya akan menuliskan pengalaman yang saya temukan di kelas. Pengalaman ini saya maknai bahwa keyakinan kelas dapat berfungsi sebagai kontrol terhadap pelanggaran murid.

Sudah sepekan pasca ikrar pembacaan keyakinan kelas di kelas yang kebetulan selain mengajar dua mapel yaitu kimia dan prakarya dan kewirausahaan saya juga adalah wali kelas di kelas XI IPS 2.  Keyakinan kelas yang telah kami sepakati adalah (1) saling menghargai, (2) menjaga kebersihan, (3) disiplin, (4) bertanggung jawab, dan (5) semangat belajar. Kelima keyakinan kelas ini menjadi pegangan saya ketika menerima laporan terkait perwalian saya. Sekaligus sebagai kontrol saya terhadap murid pada setiap mapel yang saya ajarkan di kelas ini. Seperti  saat mengabsen para murid, kegaduhan di kelas pun terjadi. Para murid menjadi tidak fokus setelah namanya terpanggil. Namun, kali ini tiba-tiba seorang murid mengeraskan suara seolah nampak sedang berteriak dengan mengucapkan "Eh, kalian toch kita sudah janji saling menghargai. Bu guru da lagi bicara." Seketika kegaduhan pun mereda pertanda mereka membenarkan apa yang diucapkan murid lain. Pernah juga ketika sedang mengajar ada yang menggangu temannya sehingga kelas menjadi gaduh, ada saja satu atau dua siswa yang berteriak mengingatkan keyakinan kelas mereka. Keyakinan kelas pun jadi kontrol yang meminimalisir pelanggaran murid.

Ada juga ketika kami akan mulai belajar. Tiba-tiba pintu di ketuk, dua orang murid masuk ke dalam kelas. Saya pun langsung meminta mereka menghampiri saya di meja guru. Kemudian saya menggunakan posisi kontrol sebagai manajer dimana  saya menanyakan perihal alasan keterlambatan mereka mengikuti kelas saya. Setelah itu saya meminta mereka mengucapkan keyakinan kelas yang telah kami sepakati sebelumnya. Saat mereka telah menyelesaikan mengungkapkan keyakinan kelas saya pun menanyakan apakah mereka melanggar keyakinan kelas? Syukurlah murid dengan sadar mengatakan mereka melanggar. Kemudian saya kembali menanyakan apa saja yang mereka langgar karena pada dasarnya murid tahu jika mereka salah/melanggar. Lagi-lagi keyakinan kelas mendorong murid mengakui pelanggarannya sendiri.

Keyakinan kelas sebagai kontrol pelanggaran murid ini tentu belum begitu kuat. Sebab ini baru saja saya terapkan di kelas-kelas yang saya ajar tidak hanya di perwalian saya. Murid pun masih ada yang melanggar keyakinan kelas. Namun, ketika mereka melakukan pelanggaran ada kesadaran bahwa mereka telah melanggar apa yang mereka sepakati. 

Beberapa murid juga ada yang bersungguh-sungguh untuk melaksanakan keyakinan kelasnya. Tidak mudah membuat semuanya konsisten untuk mengamalkan keyakinan kelas. Namun, apa salahnya mencoba dan terus mengingatkan keyakinan kelas setiap awal pembelajaran. Hingga pembiasan hadir secara bertahap, lama kelamaan jadi kebiasaan yang kemudian menjadi karakter baik para murid. Budaya positif di lingkungan sekolah pun dapat terwujud.

 


Comments