Oleh:
Nurjannah
Tamil
Abstrak
Pembelajaran abad 21
menuntut peran pemerintah dan guru. Pemerintah perlu menyediakan berbagai
fasilitas sarana dan prasarana dan guru harus kreatif dalam menciptakan
pembelajaran berdasarkan prinsip pembelajaran abad 21. Daerah terpencil dan
daerah berkembang memiliki tantangannya masing-masing dan memerlukan perlakuan
yang berbeda dalam pembelajaran.
Pendahuluan
Dampak globalisasi menyentuh berbagai bidang
kehidupan manusia termasuk pendidikan. Kurikulum pendidikan terus berubah untuk
memenuhi tuntutan pendidikan abad 21. Menurut PBB dalam Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI, tantangan pendidikan abad 21 yaitu membangun masyarakat
berpengetahuan (knowledge based society)
yang memiliki; (1) keterampilan melek TIK dan media; (2) keterampilan berpikir kritis;
(3) keterampilan memecahkan masalah; (4) keterampilan berkomunikasi efektif;
dan (5) keterampilan bekerja sama secara kolaboratif. Peran guru, sekolah, masyarakat dan
pemerintah secara bersama diperlukan untuk menjawab tantangan pendidikan abad
21.
Infrastruktur merupakan salah satu penyebab suatu daerah
berkembang atau tetap menjadi daerah terpencil. Daerah terpencil merupakan
gambaran geografis dimana kawasan pedesaan terisolasi dari pusat
pertumbuhan/daerah lain akibat tidak memiliki atau kekurangan sarana
perhubungan dan komunikasi. Daerah berkembang adalah daerah yang mengalami
peningkatan sarana dan prasarana sehingga mempercepat laju pertumbuhan dan
perkembangan di daerah itu. Oleh karena itu, untuk mendorong pendidikan abad 21
di era Revolusi 4.0 maka pemerintah perlu membangun dan menyempurnakan
infrastruktur baik fisik maupun non fisik.
Pembelajaran Abad 21 Bagi Daerah
Terpencil
Mengintergrasikan TIK
kedalam pembelajaran di sekolah merupakan salah satu upaya mencapai tujuan
pendidikan abad 21. Namun, pengintegrasian ini memiliki tantangan bagi sekolah
daerah terpencil. Oleh karena itu, pembelajaran abad 21 di daerah terpencil
memerlukan perhatian khusus pemerintah.
Hasil analisis sekolah
daerah terpencil di Kalimatan Barat, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara
diperoleh hambatan untuk menerapkan pembelajaran abad 21. Hambatan tersebut
berupa: (1) fasilitas sarana dan
prasarana, hambatan selain belum terpenuhinya fasilitas TIK adalah
perpustakaan. Beberapa sekolah belum memiliki ruang khusus dan kekurangan buku
serta buku yang tersedia tidak terbarukan. Buku terbarukan adalah solusi
mendapatkan informasi tanpa internet dan memotivasi siswa belajar mandiri; (2) keprofesionalan guru, tidak meratanya
sebaran guru ataupun kurangnya guru pelajaran tertentu menyebabkan guru
mengajar bukan berdasarkan disiplin ilmu. Mengganti kekosongan guru mengurangi
fokus guru melahirkan ide-ide kreatif dalam pelajaran yang diampunya; dan (3) kurikulum, menyamakan standar dan
perlakuan pembelajaran nasional tanpa menyamakan fasilitas sekolah memerlukan
pengkajian kembali. Informasi ini memberi titik terang apa yang harus dilakukan
pemerintah dan guru dalam mendukung pembelajaran abad 21.
Bagi
pemerintah, untuk menyukseskan pendidikan abad 21 di
daerah terpencil, perlu: (1) mempercepat pemerataan fasilitas TIK pembelajaran
diseluruh daerah tanpa terkecuali; (2) membangun perpustakaan, menyediakan buku
belajar baik fiksi maupun non fiksi untuk mendorong budaya literasi siswa; (3)
menyediakan alat peraga sebagai visualisasi materi ajar guna mendukung
pembelajaran tanpa teknologi; (4) melakukan kajian kurikulum khusus daerah
terpencil; (5) membentuk guru peneliti dari guru-guru daerah terpencil untuk
merumuskan strategi pembelajaran sesuai kondisi daerah; (6) memprogramkan pertukaran
guru antara guru daerah terpencil dengan daerah berkembang untuk menghasilkan
ide-ide kreatif dalam pembelajaran serta menyesuaikan kebutuhan guru di sekolah;
(7) memfasilitasi pelatihan guru untuk meningkatkan kualitasnya terkait
pembelajaran abad 21 sesuai kondisi daerah; dan (8) mempercepat program
internet masuk ke daerah terpencil.
Bagi
guru, pembelajaran dimulai dengan memperbarui pengetahuan
bukan berarti menitiberatkan pembelajaran pada alat TIK. Teknologi dan
Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan
bukanlah sebagai tujuan pendidikan abad 21. Kualitas terbaik guru daerah
terpencil menyeimbangkan ketidaksediaan alat TIK dalam pembelajaran. Guru harus
mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kolaboratif, efektif dan
efisien serta membekali siswa dengan berbagai skill.
Kegiatan pembelajaran
yang disusun menganut empat prinsip pokok pembelajaran abad 21 sebagaimana yang
dirumuskan Jennifer Nichols dalam Rohim, Bima dan Julian (2016). Adapun keempat
prinsip tersebut yakni (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2) siswa mampu
berkolaborasi dengan teman ataupun orang lain; (3) pembelajaran diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari; dan (4) sekolah terintegrasi dengan masyarakat.
Keempat prinsip
pembelajaran abad 21 tersebut diadaptasikan kedalam pembelajaran oleh guru
dengan: (1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggambarkan
aktivitas siswa, guru, pemanfaatan media pembelajaran dan proses penilaian; (2)
memperbarui pengetahuan sesuai perkembangan zaman; (3) menerapkan berbagai
strategi pembelajaran untuk memberi variasi pengalaman belajar; dan (4)
meningkatkan kreatifitas untuk menciptakan proses pembelajaran yang
menyenangkan sehingga siswa selalu tertarik ke sekolah. Mengembangkan keempat
kegiatan pembelajaran tersebut mendorong guru menciptakan pembelajaran
berasaskan prinsip pembelajaran abad 21. Namun, para guru tetap perlu untuk
menguasai teknologi yang terkait langsung terhadap pembelajarannya. Hal ini
dikarenakan perubahan adalah sebuah kepastian sekarang ataupun nanti. Oleh
karena itu, pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan mengupayakan
pemerataan bantuan TIK yang menjangkau seluruh daerah di Indonesia.
Pembelajaran
Abad 21 Bagi Daerah Berkembang
Salah satu misi pendidikan abad 21 yakni membangun
keterampilan melek TIK dan media pada siswa. Misi ini dapat tercapai di daerah berkembang
walaupun beberapa sekolah belum memiliki fasilitas TIK pembelajaran. Kondisi
ini tidak menghambat menerapkan pembelajaran abad 21 karena internet sudah
menjangkau daerah berkembang. Kemudahan mendapatkan informasi melalui internet
mendukung guru dan siswa membangun keterampilannya seperti keterampilan TIK.
Namun, perlu penguatan pendidikan karakter siswa agar pemanfaatan TIK dilakukan
dengan tepat.
Bagi pemerintah, solusi pembelajaran abad 21 adalah
memanfaatkan portal yang dikembangkan pusat teknologi informasi dan komunikasi
pendidikan (pustekkom) serta beberapa media lain. Salah satu portal pendidikan
tersebut dikenal dengan “Rumah Belajar”
(https://belajar.kemdikbud.go.id). Rumah belajar menyediakan
bahan pembelajaran yang interaktif dan
memfasilitasi komunikasi serta interaksi antar komunitas. Delapan
fitur utama rumah belajar yakni: (1) sumber
belajar; (2) buku sekolah elektronik
(BSE); (3) bank soal; (4) laboratorium maya; (5) peta budaya; (6) wahana jelajah angkasa; (7) pengembangan
keprofesian berkelanjutan (PKB); dan (8) kelas maya. Selain itu, ada tiga fitur
pendukung yakni: (1) karya komunitas;
(2) karya guru; dan (3) karya bahasa dan sastra. Kesebelas fitur
tersebut dirancang mendukung pembelajaran abad 21 yang diakses dimana saja,
kapan saja dengan siapa saja.
Bagi
guru, selain memanfaatkan portal pendidikan pemerintah
perlu memperbarui pengetahuannya dari berbagai sumber. Penerapan pembelajaran
abad 21 di daerah berkembang harus menyesuaikan muatan pendidikan era revolusi industri
4.0 sehingga guru harus melek digital. Muatan pembelajaran diharapkan mampu
memenuhi keterampilan abad 21 yakni: (1) pembelajaran dan keterampilan inovasi
meliputi penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang beraneka ragam,
pembelajaran dan inovasi, berpikir kritis dan penyelesaian masalah, komunikasi
dan kolaborasi, dan kreatifitas dan inovasi; (2) keterampilan literasi digital
meliputi literasi informasi, literasi media dan literasi ICT; (3) karir dan
kecakapan hidup meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif, interaksi
sosial dan budaya, produktifitas dan akuntabilitas, dan kepemimpinan dan
tanggung jawab (Trilling dan Fadel, 2009). Pada akhirnya pendidikan
menghasilkan generasi bangsa yang produktif sehingga permasalahan pengangguran
dan daya saing sumber daya manusia terminimalisasi.
Kesimpulan
Pola pembelajaran abad
21 di era revolusi industri 4.0 memberi tantangan dalam dunia pendidikan. Masing-masing
daerah baik daerah terpencil maupun daerah berkembang memiliki tantangan tersendiri.
Namun, tantangan tidak boleh menjadi sebuah hambatan. Pendidikan harus membawa
perubahan untuk mencetak generasi yang bermartabat untuk hidup lebih sejahtera.
Upaya menjawab tantangan abad ini harus didukung
dari berbagai pihak baik pemerintah dan guru. Pemerintah dan guru memiliki
perannya masing-masing untuk mewujudkan cita-cita nasional.
Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi
Pendidikan. 2018. Pembelajaran Abad 21
“Rumah Belajar”. Kementerian Pedidikan dan Kebudayaan RI
Rohim, Bima dan Julian. 2016. Belajar dan Pembelajaran di Abad 21. Makalah
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Media Pembelajaran. Kurikulum dan
Tenologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta.
Trilling, B & Fadel, C. (2009). 21st-century skills: learning
for
life in our
times. US: Jossey-Bass A
Wiley Imprint.
Keren ladies. ..
ReplyDeleteMakasi kaksay😇😇😇😘😘😘😘
Delete