Oleh:
Nurjannah Tamil
Guru SMA Negeri
1 Uepai Kab. Konawe
Kisah ini bermula dari informasi
pendaftaran guruku idolaku Sulawesi Tenggara Tahun 2018 diberbagai grup
WhatsApp (WA). Saat itu, niat mendaftar sebagai peserta belum terbesit dalam
pikiranku. Seorang guru yang kukenal dengan keceriannya memberiku motivasi yang
intens yang membakar kembali semangat
belajar dan kompetisi yang sudah lama tak terdengar dariku. Aku mulai
menanyakan diriku tentang sebuah kelayakan menjadi seorang idola.
Hari itu dalam suatu
diskusi aku pun mengajukan pertanyaan “Bagaimana kalau aku mendaftar guru
idola?” Wakil kepala sekolah bagian
kesiswaan mendukung dan memberi motivasi untuk terus mengembangkan diri terlebih
lagi baginya aku masih muda dan berpotensi. Tidak puas dengan jawaban itu,
pertanyaan kuajukan kembali pada kepala sekolah. Dukungan kembali diberikan
kepala sekolah agar aku melakukan pendaftaran di ajang tersebut. Hatiku masih
ragu, apakah benar aku pantas menjadi seorang guru yang diidolakan para
siswanya?
Niatku mendaftar
sebagai guruku idolaku 2018 menguat setelah respon para siswa dan keluarga diberbagai
grup baik Facebook maupun WhatsApp. Aku meyakinkan diriku bahwa sudah
saatnya aku kembali berkompetisi dan memberi semangat baru bagi para siswa.
Rabu, 14 November aku mengumpulkan berkas di Graha Pena Kendari dan ditemani
kepala sekolah, Drs. Daryanta, MM.
Ditengah kesibukan
menyiapkan karya tulis, video pembelajaran dan berbagai kesiapan untuk ajang
kompetisi guruku idolaku, aku mendapatkan informasi sebagai juara III dalam
ajang festival guru menulis PGRI se-Indonesia. Panitia menghubungi dan memintaku
mengkonfirmasi kehadiran untuk mengikuti acara puncak Hari Guru Nasional (HGN) dan
HUT PGRI ke-73 di kota Bogor.
Hatiku kembali mengalau
saat tahu kegiatan akan berlangsung bersamaan 30 November - 01 Desember untuk
penyerahan piagam penghargaan di kota Bogor dan 29 November - 01 Desember untuk
pemilihan guruku idolaku 2018 di kota Kendari. Aku sebaiknya ke Bogor yang
telah pasti menerima penghargaan di festival guru menulis karena di ajang
guruku idolaku masih belum pasti kemenanganku, ucap salah satu temanku. Namun,
ada rasa yang menyesakkan dada ketika melihat polling suara silih berganti urutan ke-1 lalu urutan ke-2 dan
sebaliknya. Pikirku melayang dan hatiku merasa bersalah jika aku meninggalkan
pendukungku untuk tampil pada ajang ini. Ditengah kegalauan itu, aku
merampungkan adminstrasi persiapan keberangkatanku ke kota Bogor dan tetap
menyelesaikan karya tulisku. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikerjakan
belum juga siap dan masih perlu analisis
kembali sementara itu waktu semakin mendesak. PTK-ku pun beralih menjadi sebuah
artikel dengan lima halaman.
Akhirnya jadwal
presentasi yang ditunggu-tunggu keluar juga. Peserta di luar kota mendapat
tanggal presentasi 30 November. Berkat kebijaksanaan panitia, aku dapat
melakukan presentasi tanggal 29 November sehari sebelum keberangkatanku ke kota
Bogor. Hatiku membulat tetap tampil di ajang guruku idolaku walau kemungkinan
terbesarnya tidak bisa menyelesaikan kompetisi ini. Tekad presentasi hari itu
sebagai wujud terima kasihku kepada mereka yang telah mendukungku.
Kamis 29 November, aku
sudah hadir di aula presentasi sejak jam 09.00 wita. Kepercayaan diriku menurun
saat melihat peserta lain hadir dengan karya tulis mereka yang mayoritas berupa
PTK yang berlembar-lembar dan beberapa peserta membawa media pembelajarannya.
Aku takkan mundur saat sudah memulainya, aku menguatkan hatiku. Giliranku pun
tiba untuk presentasi, power point yang kusediakan tidak semua
tertampilkan pada layar mungkin tak menarik dan kepercayaan diriku kembali menurun.
Tibalah juri mengajukan pertanyaannya, aku menikmati setiap pertanyaan juri dan
menjawabnya berdasarkan pengalamanku dan kepercayaan diriku kembali pada ajang
ini. Presentasi pun berakhir, sebelum pulang aku pamit kepada panitia dan teman-teman
untuk berangkat ke kota Bogor yang artinya kemungkinan tidak menyelesaikan
ajang ini dan berterima kasih kepada pihak yang telah mendukungku.
Pagi yang cerah dihari
Jumat 30 November. Bawaanku sudah siap sejak semalam sepulang dari presentasi. Hari
ini, penerbangan pesawatku pukul 10.25 wita dan pukul 08.30 wita aku dan
keluarga menuju ke bandara Haluoleo. Sang kakak berpesan “nikmati kegiatanmu
disana, disini biar saja nanti tahun depan daftar lagi sebagai guru idola”, aku
hanya tersenyum saat itu. Pukul 12.20 wib aku telah beranda di bandara Soekarno-Hatta
dan langsung mencari taxi menuju kota Bogor. Jarak tempuh bandara dan kota
Bogor cukup jauh. Aku menghabiskan waktu sekitar 3 jam duduk manis didalam
taxi. Sesekali kami bercakap, pak sopir menawarkan agar aku tidur saja dan
beliau akan membangunkanku jika tiba di tujuanku, M-One Hotel. Bukannya tertidur aku malah semakin waspada saja. Pak
sopir sudah tahu kalau aku baru pertama kali ke kota Bogor dan sendiri. Isi
kepalaku yang sudah di penuhi maraknya tindak kriminal di kota besar membuat
mataku menjadi siap siaga dan berdoa menyerahkan segala urusan dan diriku
kepada sang pemilik langit dan bumi.
Aku mulai panik saat
membaca grup WA kami yang berisi pengumuman peserta yang belum check-in dan namaku salah satunya. Aku
hanya bisa membalasnya dengan menuliskan “Hadir, masih diperjalanan” dan
mengirimkan emoji permohonan maaf. Beberapa menit selanjutnya grup berbunyi
kembali dan memberi info pukul 15:20 wib sudah siap dalam Bus menuju Stadion
Pakan Sari mengikuti gladi bersih. Aku mulai memanik kembali.
“Pak,
masih lama?, tanyaku”
“Sudah
masuk kota Bogor ini, Neng. Nanti tanya ojek dulu didepan, jawab pak sopir”
Pak sopir juga tak tahu pasti letak hotel
yang akan ku tuju dan baterai handphone-ku
sudah kritis untuk mengunakan Google Maps.
Alhamdulillah, ucapku
ketika dari jauh melihat M-One Hotel,
hotel yang ku tuju. Aku pun segera melakukan check-in saat tiba di hotel ternyata teman sekamarku lebih dulu
tiba dan telah mengambil kunci. Beruntung aku menemukannya di lobi hotel dan
memberi tahu nomor kamar kami berganti dari draft pembagian kamar yang
dibagikan. Hari itu aku melewatkan jadwal makan siangku karena harus bergegas
masuk bus setelah menyelesaikan sholatku. Hari yang melelahkan, gladi bersih hingga
memasuki waktu maghrib dan setelah isya masih ada agenda pertemuan dengan
Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) sekaligus
penyelesaian berbagai administrasi.
Di kamar hotel 510, sembari
kami berbaring melepas lelah mengecek penerbangan esok hari. Ada dua
penerbangan esok hari pukul 08.15 wib dan pukul 15.10 wib, ucap teman sekamarku.
Menurut hitungannya aku jelas tidak bisa mendapati pesawat. Kecuali, aku pulang
sebelum acara berakhir. Meninggalkan acara sebelum berakhir adalah pilihan yang
tidak memungkinkan.
Handphone-ku
berbunyi, temanku dari kota Kendari menanyakan kepulanganku besok atau lusa.
Malam itu kuputuskan besok tidak pulang dan melewatkan acara grand final guruku idolaku. Pukul 00.23
wib sebelum tertidur, aku menyempatkan melihat polling suara guruku idolaku 2018 di situs kendaripos.co.id. Posisiku
kini berada di urutan ketiga dengan selisih jumlah suara yang sangat besar dari
kedua peserta lainnya mungkinkah para pendukungku sudah meninggalkanku?. Aku
pun tertidur.
Subuh yang dingin dihari
Sabtu, 01 Desember 2018 kota Bogor pukul 0.4:45 wib aku terbangun untuk
melaksanakan sholat subuh dan mempersiapkan diri dan sarapan pagi. Tepat Pukul 06.00
wib kami menuju ke Stadion Pakan Sari menggunakan bus yang telah disediakan
panitia. Macet tidak dapat dihindarkan sepanjang perjalanan menuju stadion.
Puluhan mobil, bus, motor telah memenuhi parkiran. Walau kami mendapat undangan
VVIP kami tetap masuk melalui pintu yang sama dengan para undangan lainnya
karena jalur presiden telah disterilkan. Ribuan manusia memenuhi pintu masuk
stadion dengan seragam yang sama Batik Kusuma dari berbagai penjuru negeri.
Hatiku pun telah menguat untuk tidak kembali ke Kendari hari itu.
Suatu kehormatan berada
disini dan belum pernah terpikir sebelumnya bahwa aku menjadi bagian dari
kegiatan besar ini. Berada sepanggung dengan pimpinan negeri saat ini, para
tamu dari negara asing, guru-guru berprestasi, guru berdedikasi, para menteri,
dan para pejabat memberiku kepercayaan diri. Aku duduk disamping paspampres
tepatnya aku duduk dibelakang presiden RI, Ir. Joko Widodo. Saat berbalik
kebelakang barisan para tamu kenegaraan telah terisi disusul para guru, dan
pejabat daerah. Aku pun melupakan agenda tour
wisata guruku idolaku yang tengah berlangsung di kota Kendari.
Hymne
guru yang mengemakan stadion membawa suasana haru. Tanpa sadar kami meneteskan
air mata dan berbagi senyum dengan teman-teman yang mendapat kehormatan hari ini.
Tarian Kolosal dari 1000 siswa memberi nuansa keberagaman yang luar biasa. Persembahan
dari para panitia terlihat begitu jelas dipanggung utama. Dr. Unifah Rosyidi,
M.Pd dalam pidatonya sebagai ketua umum PB PGRI dan Presiden RI memberi
semangat dan harapan. Aku bahagia disini dan menyaksikan semuanya, kesempatan
yang kuharap dapat terulang kembali. Acara berakhir pukul 11:22 wib aku
terkejut melihat waktu di handphone-ku.
Masih ada waktu pikirku tetapi kami belum juga bergerak meninggalkan stadion
karena berburu selfi dengan bapak presiden, pak menteri dan pejabat lainnya
sekedar mengabadikan moment ini.
Kegiatan puncak telah
selesai tetapi masih ada kegiatan kunjungan ke Gedung Guru sore hari. Aku
mengubah keputusanku semalam dan pamit kepada panitia dan teman-teman. Panitia
membantuku untuk menemukan bus kami diantara banyaknya bus saat itu dan
mengarahkan agar aku naik bus atau kereta api ke bandara Soekarno-Hatta. Bagasi
sudah ditangan pamit ke panitia sudah tapi bagaimana cara keluar dari area
stadion menuju jalan poros?, macet dan kendaraan pribadi memenuhi area ini.
Seorang remaja yang
kupikir anak SMA lewat tanpa boncengan. Entahlah, tiba-tiba aku menahannya dan
memintanya membantuku keluar dari kemacetan ini. Diperjalanan ia pun menawarkan
diri mengantarkanku ke kereta dan menolak bayaranku. Akupun tersadar belum
memesan tiket pesawat. Aku bergegas menelpon kakak untuk mengurus tiketku
sekaligus melakukan check-in. Semoga
aku tidak ketinggalan pesawat, doaku saat itu.
Ini pertama kalinya aku
naik kereta, petugas menjelaskan tak ada kereta yang menuju bandara. Ia
mengusulkan agar aku turun ke stasiun Sudirman kemudian melanjutkan menggunakan
taxi. Aku hampir saja ketinggalan kereta karena kartu elektronik kereta
menyulitkanku. Beruntung ada petugas yang tengah berdiri di area masuk yang
membantuku untuk melewatinya. Di kereta aku sibuk bercakap dengan para
penumpang disekitarku hanya untuk memastikan apakah aku naik kereta yang tepat
dan siapa diantara kami yang turun terakhir. Berharap mereka mengingatkanku
jika sudah di stasiun Sudirman.
Akhirnya tiba juga di
stasiun Sudirman. Aku bergegas naik ke taxi dan memintanya mengantarkanku
bandara.
“Penerbangan jam berapa, Neng?”, tanya pak
sopir
“Pesawat lepas landas 15:10, pak”
“Semoga keburu ya, Neng”
Aku hanya diam dan berdoa.
Pukul 14.30 wib belum
ada tanda kami akan tiba di Bandara. Aku semakin memanik dan menguatkan hatiku.
Ya Allah hari ini aku menemukan banyak kemudahan dari-Mu semoga ini adalah
petunjuk-Mu mengizinkan aku pulang dan tidak ketinggalan pesawat, doaku dalam
hati. Hujan pun mulai turun.
“Neng, biasanya pesawat delay kalau hujan, ucap pak Sopir”
“Semoga saja pak, balasku”
Pukul
15.01 wib waktu yang ditunjukkan di mobil taxi kami telah berada di bandara. Segera
aku membayar taxi dan setengah berlari menuju terminal. Beruntung baterai handphone-ku masih 2% masih dapat memperlihatkan
tiket ke petugas masuk.
“Mbak,
Pesawat ini sudah terbang? Aku sudah check-in, sembari memperlihatkan hpku”
“Ke atas segera bu, jawabnya”
Melewati pemeriksaan dan mencari gate penerbanganku membuatku tampak
kacau. Alhamdulillah, pesawat benar-benar delay,
Aku mendengar informasi itu. Aku pun
sholat dan menenangkan diriku.
Pukul 16:00 wib para
penumpang menuju ke pesawat. Aku telah melewati waktu makan siangku. Aku
teringat sebelum pamit aku memberikan kotak makananku kepada teman dan meminta
mengambil telurnya saja sebagai makananku diperjalanan. Aku terharu seketika
teman-teman memberiku telur bagiannya. Aku hanya mengambil tiga telur sebagai
rasa terima kasihku atas tawaran mereka dan cukup sebagai makan siangku. Aku
menikmati telur itu di pesawat saat teman perjalanan disampingku mulai
tertidur.
Pukul 20.05 wita kami
tiba di Bandara Haluoleo kota Kendari. Hari itu aku dijemput kakak yang
sebenarnya tidak berencana menjemputku di bandara, satu lagi kemudahan yang
Pencipta kirimkan. Aku terus memantau kegiatan grand final digrup WA sambil berdoa semoga dapat mengikuti tahap
terakhir seleksi guruku idolaku. Hotel Plaza inn menjadi tujuanku.
Batik Kusuma masih
menemaniku diacara grand final. Tibalah saatnya para finalis maju
di atas panggung ada kebahagiaan yang tak dapat ku ungkapkan bisa hadir diacara
penutupan hari ini. Alhamdulillah, namaku disebut sebagai salah satu finalis
yang berhasil lolos ke grand final. Jawabanku dari pertanyaan tamu
undangan “Bagaimana sikap anda jika ada hal yang tidak menyenangkan atau
bermasalah dengan kepala sekolah?” menyelesaikan penilaian seleksi guruku
idolaku.Waktu yang dinantikan pun tiba, satu demi satu jawara tingkat SD, SMP
telah selesai di umumkan kini giliran kami tingkat SMA. Juara III Nurjannah
Tamil dari SMA Negeri 1 Uepai, nama dan sekolahku disebut. Tidak tahu harus
berkata apalagi hanya syukur dan rasa haru yang luar biasa.
Takdir menuntunku menjadi
idola. Menerima penghargaan didua provinsi dihari yang sama, baju yang sama dan
juara yang sama dalam ajang yang berbeda. Sang Pencipta memperlihatkan padaku
kehendak-Nya sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Hitunganku sebagai
manusia hanya dapat mengikuti dan menerima satu penghargaan. Namun, Pencipta
menghendaki sesuatu yang lain padaku maka Pencipta mengirimkan segala
bantuannya. Kegiatan yang berakhir lebih cepat, remaja yang mengantarku ke
kereta, nyaris ketinggalan kereta, hujan di kota Jakarta, delay-nya pesawat, jemputan tak terencana dari kakak, hingga tiba
ditempat acara sebelum kami dipersilahkan maju kedepan hadirin dan dewan juri. Segala
kejadian yang kualami menjadi penguat keimananku akan kuasa-Nya. Mudah bagi
Allah jika ia menghendaki sesuatu “ Jadilah!” maka jadilah sesuatu itu.
Akhir tahun 2018 dua
penghargaan kupersembahkan kepada SMA Negeri 1 Uepai sebagai tempatku belajar
dan kepada keluarga, sahabat dan siswaku yang selalu mengambil bagian dalam
motivasi dan inspirasiku. Penghargaan ini adalah motivasi untuk terus belajar
dan berbenah menjadi guru berdedikasi
dan penuh manfaat bagi pendidikan. Aamiin.
Comments
Post a Comment