(foto: ilustrasi. Sumber: WhatsApp)
Sudah beberapa hari ini 80 juta menjadi "Hot News". Viral diberbagai media bahkan menjadi trending topic di berbagai profesi.
Ada saat Allah Azza Wajalla membuka aib manusia. Maka bersyukurlah kita yang Allah tutup aibnya hingga dihari perhitungan.
Kasus OTT 18+ ini menjadi viral karena harganya yang cukup funtastic, 80 Juta. Banyak netizen jahil mulai membawa nama-nama artis lain. Kalau si A berapa, Si B saja segini dan sebagainya. Artinya kebanyakan masyarakat telah mempercayai bahwa para artis cantik kalau ngak laris diperfilm maka melariskan diri dipertarungan yang lain. Tentu ini merugikan para artis yang berusaha berjalan lurus di dunia perfilman.
OTT (Operasi Tangkap Tangan) Non tunai jadi lucu-lucuan bagi kaum bernama lelaki tanda kutip (tidak semua yach lelaki itu sama garis bawahi). Bagi emak-emak menjadi sebuah "warning". Bukan sebagai ajang tandingan. Tapi sebagai sebuah semangat tentang sebuah penghargaan diri.
Berita bertambah viral karena tulisan seorang gadis remaja yang sempat juga heboh karena kasus plagiasi menuliskan tentang "value".
Dalam tulisan membandingkan nilai seorang 80 Jt dengan seorang istri.
Sayangnya, tulisannya mengarahkan pembaca untuk menarik kesimpulan dengan tugas para istri yang banyak hanya dibayar lebih murah. Ditambah lagi ia mempertanyakan jadi siapa yang lebih murahan???
(semoga allah memberi hidayah pada anak ini, aamiin)
Istri adalah sebuah harga diri para suami. Maka tugas para suami menjaga istrinya untuk sebuah amanah dan penghargaan dari Ilahi. Harga seorang istri bukan tentang uang. Soal uang itu hanya urusan belanja dapur, belanja kosmetik, bayar listrik, bayar pdam, bayar angsuran. Bukan tentang harga sebuah tubuh.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits:
خَيْرُكُمْ
خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى
“Sebaik-baik
kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling
baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam
“ash-shahihah”: 285)
Jika saat ini 80 Jt menjadi sebuah harga maka kita akan pernah mengerti arti sebuah keberkahan.
Kita yang saat ini Allah Azza Wajjalla menutup aib kita dan melindungi kita dari perilaku menyimpang tak pantas mencaci dan menghakimi. Tak ada pasal hukum manusia yang cocok terkait kasus ini begitu informasi yang beredar di masyarakat tetapi norma Agama sebagai norma tertinggi mengambil bagiannya.
Dalam surah Al- Zalzalah:8 Allah Azza Wajalla berfirman:
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7)
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
“Barangsiapa
yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.“
Setiap jiwa akan di mintai pertanggungjawabannya. Sebagaimana Pelaku 80 Jt dimintai pertanggungjawabannya maka mulut kita juga akan dimintai pertanggungjawabannya. Maka berhentilah mencaci dan terus mawas diri.
Sungguh Allah Maha Adil, semoga Allah tidak menguji diri kita, anak perempuan kita, saudari kita bahkan suami kita, saudara kita dan anak laki-laki kita hanya karena kita merasa hari bersih dari aib.
Teriring doa kepada pelaku semoga hidayah untuk memperbaiki diri diberi oleh pencipta sebelum ajal menjemput. Karena IA Maha pengampun.....
terima kasih telah membaca
ReplyDelete