Jangan ditambah lagi!

(foto Destinasi Wisata Fotunosangia, Muna Barat Sulawesi Tenggara)

Kita ikut bersedih saat yang lain dalam kesusahan. Sayangnya kita lupa untuk bersyukur kita tidak mengalami kesusahan mereka. Bersyukur bukan berarti mengucapkan alhamdulillah begitu saja. Tetapi berempati  dengan kesedihan orang lain. Jika tak dapat membantu jangan tambah lagi kesedihan orang lain.  Jangan biarkan ia seperti pribahasa "sudah jatuh tertimpa tangga pula".

Apa anda tak pernah merasa sedih?
Sungguh itu suatu kebohongan saat anda mengatakan "Tidak pernah". 

Jika anda bersedih apa yang anda butuhkan? Maka saat anda mengingat itu, sebagian besar anda tahu apa yang harus anda lakukan. Minimal jadilah pendengar yang baik.

Menjadi pendengar yang baik mudah tapi sulit-sulit juga. Kenapa? karena kita sering lepas kontrol dan mendadak menjadi "Kepo Kuadrat" . Disampaikan A kita menjadi ingin tahu B, C, D dan seterusnya. 

Syukur kalau kita ingin tahu secara tuntas untuk membantu mungkin memberi solusi. Tapi, kebanyakan kita menikmatinya sebagai referensi. Kelak menjadi bahan terupdate dari kita.

Suatu saat kita akan berada di posisi yang lain mungkin hal yang berbeda tetapi sama-sama membawa dalam kesedihan dan kesulitan.

So,
Jangan tambah lagi kesedihan orang lain dengan menanyakan banyak hal. Biarkan ia bersedih, beri dia waktu.

Jangan tambah lagi kesedihan orang lain dengan menghakimi kelalaiannya. Biarlah ia belajar dari kelalaiannya.

Jangan tambah lagi kesedihan orang lain dengan mengabaikannya. Biarlah ia merasa masih memiliki saudara dan teman.

Dan saat kesedihan, & kesulitan menghampiri yakinkan ia untuk percaya bahwa kemudahan sebentar lagi datang.

فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Alam Nasyroh: 5)

Comments